ASPEK
KEPATUHAN HAMBA KEPADA TUHANNYA
DAN
BALASAN KEPATUHANNYA
(Kajian
Filologi Teks Agama terhadap Masyarakat)
Oleh Yuneni Novikawati
072144043
1.
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang
Filologi dan kebudayaan
adalah dua istilah yang dalam cabang-cabang ilmu bisa dibicarakan dan
membicarakan objek-objek kajiannya secara tersendiri. Tetapi substansi dari apa
yang dibicarakan oleh filologi dan kebudayaan sebagai ilmu, pada dasarnya
adalah tak terpisahkan. Dilihat sebagai cabang-cabang ilmu tersendiri
karena masing-masing telah memiliki fokus kajian, teori dan metodologi
pendekatan serta tujuan yang hendak dicapai. (Mudjahirin Thohir). Keduanya,
relatif berbeda. Sedang substansi dari apa yang ingin diketahui oleh ilmu
filologi dan ilmu kebudayaan untuk hal-hal tertentu adalah sama, yakni:
artefak.
Filologi dan agama
adalah salah satu aspek ilmu yang terikat. Melimpahnya teks-teks
keagamaan -terutama dengan unsur tasawuf. ini memang
tidak terlalu mengherankan,
terutama jika mengingat bahwa
kebudayaan yang dimiliki
bangsa Indonesia hingga dewasa
ini secara keseluruhan
merupakan hasil dari
proses akulturasi manusia Indonesia
dengan peradaban Islam
yang oleh Edi
Sedyawati disebut sebagai salah satu dari tiga pengalaman besar dalam
akulturasi di Indonesia (lihat Sedyawati,
“Menyikapi Warisan Budaya” dalam Media Indonesia, 25 Maret 2000).
Apalagi, diketahui bahwa sejak abad 13, bangsa Indonesia telah
didatangi oleh para
ulama sufi yang
dalam proses penyebaran Islam banyak pula menghasilkan berbagai tulisan, yang kini tersimpan dalam bentuk
naskah, menyangkut ajaran-ajaran tasawuf yang mereka sampaikan kepada
masyarakat setempat (Azra 1995: 32).
Kritik teks dapat dianggap sebagai
salah satu tahap
terpenting dari sebuah penelitian filologi.
Kata “kritik” itu
sendiri bisa berarti ‘sikap menghakimi dalam
menghadapi sesuatu’ sehingga
dapat berarti ‘menempatkan sesuatu
sewajarnya’ atau ‘memberikan
evaluasi’. Jadi, kritik teks
berarti ‘menempatkan teks
pada tempat yang
sewajarnya, memberikan
evaluasi terhadap teks,
serta meneliti atau
mengkaji lembaran naskah’ (Maas, 1972).
Dalam konteks filologi,
kritik teks sering
kali ditujukan untuk mendapatkan bentuk
teks yang asli,
teks yang otentik, yang ditulis oleh pengarang sendiri
(otograf). Target seperti
ini sebenarnya jarang
sekali terpenuhi, oleh karenanya, sebuah kritik teks paling tidak
ditujukan untuk dapat mencapai ketetapan teks (constitutio textus), yaitu teks
tersebut bisa sedekat mungkin dengan
aslinya, bersih dari
penyimpangan-penyimpangan
atau kekeliruan, sehingga
ia bisa dianggap
sebagai tipe mula atau naskah
arketip (archetypus). Kalau naskah arketip ini pun tidak berhasil dijumpai,
maka biasanya penelitian
diarahkan untuk mencari naskah tertua, yang selanjutnya
dijadikan sebagai landasan penelitian. Hal ini
pernah dilakukan oleh
L. F. Brakel
ketika menyunting 30
naskah.
Berdasarkan hal di
atas, melalui judul Aspek Kepatuhan Hamba Kepada TuhanNya dan Balasan
Kepatuhannya akan terjabarkan dengan menganalisis teks yang ada di dalamnya.
b.
Rumusan
Masalah
Bagaimana aspek kepatuhan amba
kepada TuhanNya dan balasan kepatuhannya terhadap masyarakat?
2.
PEMBAHASAN
Aspek
Kepatuhan Hamba Kepada Tuhannya Dan Balasan Kepatuhannya Terhadap Masyarakat
Diceritakan dala teks tersebut mengenai beberapa hal yang
dicontohkan oleh nabi-abi yang dalam teks ini adlah nabi Ibrahim yang telah
mencontohkan kebaikan untuk kepatuhan kepada Tuhannya yaitu dengan berzakat dan
haji. Kepatuhan yang dilakukan oleh nabi Ibahim akan berbuah dengan kebaikan
pula.
Nabi
Ibrahim ulane ana telasan.zakat fitrah nganggo haji. Segawehi poro nabi
anglalat.........ln marita puniku. Nabi bisa maring ika
Aspek kepatuhan hamba kepada
Tuhannya diwujudkan dengan mengatakan siapa yang bisa menggungguli di dunia
ini, hanya Tuhan semesta alam. Tuhan yang memberikan kuasany, Tuhan yang
menciptakan seluruhnya alam semesta ini.
Dijelaskan bahwa “Yang Agung arso nungkuli maring dunyo iki” adalah tidak ada
yang menyamai kekuasaan selain Nya. Tuhan penipt langit dan bumi.
Yang
Agung arso nungkuli maring dunyo iki.
Tuhan Yang paling
unggul di dunia ini.
Ing
wong ngabekti maring Sang Yang Agung.
Yang berbakti kepada
Tuhan Yang Maha besar
Kang
sangking haji bareng ingsun temanggi.
Yang pulang dari haji
meninggikan diri
Pangiro-iro
ana angsulana malikat anulya anawun.
Yang akan dibalas
melalui malaikat.
sira
maring pangeran.
Kamu kepada Tuhan
sapa
wani marang Yang Widi.
Siapa yang berani epada
Hyang Widi
Malikat
gelnis nembut anging mulya angkasi sarwarin sekadap.
Malaikat yang mulia
Siapa yang tidak patuh
kepada Tuhannya, ia akan masuk neraka. Hal ini dikatakan lebih lanjut mengenai bahwa
di akhir nanti akan ada hukuman masuk jurang neraka jahim bagi orang-orang yang
munafik yang ingkar terhadap sabda Nabi. Aturan ini biasanya diperuntukkan bagi
manusia yang hanya bekata patuh jika ia dihadapkan dengan kebenaran, namun
setelah itu ia berpaling jika ia dihadapkan dengan perbuatan dosanya kembali.
Panajan
Jahanam jurang.
Dimasukkan ke dalam
jurang jahanam
Terus
kaping sanga,
Kemudian ke sembilan
saking
bumi mungang alim pangkur nara urip iku wong
dari bumi mengaku orang
alim yang hidup dengan kemunafikan
munafik
jero iki parapat lawang tiga mansulana nipun
naraka
jahim wastaniya pernahipun makhluk munkar namung nabi lawang kaping papat
orang munafik yang di
dalamnya pernah ingkar kepada nabi
Yang dicontohkan adalah Nabi
Muhammad kekasihNya
yang selalu memberi salam dalam
setiap orang yang mendatanginya. Dalam hal in aspek kepatuhan dalam memberi
salam kepada orang lain adalah salah satu wujud kebaikan. Jika ajaran Muhammad
diterapkan oleh umatnya maka kebaikan dan kasih yang Tuhan berikan akan
berlimpah kepadanya.
Muhammad
kekasih nami
Ingsun
pan akintun salam
Sampun
salam ing wong
Tekaha
maring
Dijelaskan bahwa aspek
tersebut tiak sebagian meniru perilaku Nabi Muhammad, tapi keseluruhan. Nabi
Muhammad diberitahu oleh Jibril mengenai parintah Tuhan tentang segalanya. Ini
terbukti saat kisah Nabi Muhammad saat bertapa di Gua. Perintah dari Tuhan yang
disampaikan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril
Dusa paran makhluk ika, Jibril aturi,
amungkur pataryan Tuhan, angala riwangiki, Muhammad pan lumaris, wong kang
kaduluh
Dikisahkan dalam teks bahwa aspek
kepatuhan tersebut dicontohkan oleh Malaikat jibril saat memberitahu kepada
Nabi Muhammad dengan nada yang sangat halus. Perintah untuk sholat, zakat, dan
puasa adalah perintah Tuhan yang Maha Kuasa untuk disebarkan kepada umatoleh
nabi Muhammad.
Becet
dina alune, arsa sholat zakat fitri puasa. Malaika Nyahur bersabda, sibar
marintah yang Widi, Nabi ngendika,maring malaikat Jibril. Dosa paran pawistri,
Jirl alon terus matur, mungkir paduka Tuhan.
SIMPULAN
Aspek
kepatuhan yang diajarkan kepada para Nabi adalah hanya semata-mata dituntun
kepada umat untuk disebarkan. Kepatuhan Malaikat kepada Tuhan, kepatuhan Nabi
Ibrahim kepada Tuhannya, serta kepatuhan Nabi Muhammad kepada Tuhannya. Dalam
hal ini, yang menjadi beberapa analisis teks di atas adalah bahwa ara Nai
adalah makhluk yang mulia sehingga diperkenankan untuk mnyebarkan perintah
Tuhan. Adapun beberapa hal yang dijadikan kepatuhan umat terhadap teks di atas
bahwa hamba Tuhan harus senantiasa melaksanakan perintah Tuhan seperti apa yang
telah paa nabi ajarkan mengenai sholat, haji, dan zakat. Semua itu hanya untuk
emata-mata kebahagiaan dunia dan akhirat.
Namun
sebaliknya, apabila aturan ini tidak dipatuhi maka sanksi yang paling besar
adalah hukuman bagi manusia itu sendiri. Manusia akan hancur. Terutama
orang-orang munafik yang berkata benar saat mendapat kebenaran, tapitidak
menjalankan kebenaran itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar