Jumat, 11 Januari 2013

Filologi



ASPEK KEPATUHAN HAMBA KEPADA TUHANNYA
DAN BALASAN KEPATUHANNYA
(Kajian Filologi Teks Agama terhadap Masyarakat)
Oleh Yuneni Novikawati
072144043

1.      PENDAHULUAN
a.                              Latar Belakang
Filologi dan kebudayaan adalah dua istilah yang dalam cabang-cabang ilmu bisa dibicarakan dan membicarakan objek-objek kajiannya secara tersendiri. Tetapi substansi dari apa yang dibicarakan oleh filologi dan kebudayaan sebagai ilmu, pada dasarnya adalah tak terpisahkan.  Dilihat sebagai cabang-cabang ilmu tersendiri karena masing-masing telah memiliki fokus kajian, teori dan metodologi pendekatan serta tujuan yang hendak dicapai. (Mudjahirin Thohir). Keduanya, relatif berbeda. Sedang substansi dari apa yang ingin diketahui oleh ilmu filologi dan ilmu kebudayaan untuk hal-hal tertentu adalah sama, yakni: artefak.
Filologi dan agama adalah salah satu aspek ilmu yang terikat. Melimpahnya  teks-teks  keagamaan -terutama  dengan  unsur tasawuf. ini  memang  tidak  terlalu  mengherankan,  terutama  jika mengingat  bahwa  kebudayaan  yang  dimiliki  bangsa  Indonesia  hingga dewasa  ini  secara  keseluruhan  merupakan  hasil  dari  proses  akulturasi manusia  Indonesia  dengan  peradaban  Islam  yang  oleh  Edi  Sedyawati disebut sebagai salah satu dari tiga pengalaman besar dalam akulturasi di Indonesia  (lihat  Sedyawati,  “Menyikapi Warisan  Budaya”  dalam Media Indonesia, 25 Maret 2000). Apalagi, diketahui bahwa sejak abad 13, bangsa Indonesia  telah  didatangi  oleh  para  ulama  sufi  yang  dalam  proses penyebaran  Islam banyak pula menghasilkan berbagai  tulisan, yang kini tersimpan dalam bentuk naskah, menyangkut ajaran-ajaran tasawuf yang mereka sampaikan kepada masyarakat setempat (Azra 1995: 32).
            Kritik  teks dapat dianggap  sebagai  salah  satu  tahap  terpenting dari sebuah  penelitian  filologi.  Kata  “kritik”  itu  sendiri  bisa  berarti ‘sikap menghakimi  dalam  menghadapi  sesuatu’  sehingga  dapat  berarti ‘menempatkan  sesuatu  sewajarnya’  atau  ‘memberikan  evaluasi’.  Jadi, kritik  teks  berarti  ‘menempatkan  teks  pada  tempat  yang  sewajarnya, memberikan  evaluasi  terhadap  teks,  serta  meneliti  atau  mengkaji lembaran naskah’ (Maas, 1972).  Dalam  konteks  filologi,  kritik  teks  sering  kali  ditujukan  untuk mendapatkan  bentuk  teks  yang  asli,  teks  yang  otentik, yang ditulis  oleh pengarang  sendiri  (otograf).  Target  seperti  ini  sebenarnya  jarang  sekali terpenuhi, oleh karenanya, sebuah kritik teks paling tidak ditujukan untuk dapat mencapai ketetapan teks (constitutio textus), yaitu teks tersebut bisa sedekat  mungkin  dengan  aslinya,  bersih  dari  penyimpangan-penyimpangan  atau  kekeliruan,  sehingga  ia  bisa  dianggap  sebagai  tipe mula atau naskah arketip (archetypus). Kalau naskah arketip ini pun tidak berhasil  dijumpai,  maka  biasanya  penelitian  diarahkan  untuk  mencari naskah tertua, yang selanjutnya dijadikan sebagai landasan penelitian. Hal ini  pernah  dilakukan  oleh  L.  F.  Brakel    ketika  menyunting  30  naskah.
Berdasarkan hal di atas, melalui judul Aspek Kepatuhan Hamba Kepada TuhanNya dan Balasan Kepatuhannya akan terjabarkan dengan menganalisis teks yang ada di dalamnya.

b.                  Rumusan Masalah
Bagaimana aspek kepatuhan amba kepada TuhanNya dan balasan kepatuhannya terhadap masyarakat?

2.      PEMBAHASAN
Aspek Kepatuhan Hamba Kepada Tuhannya Dan Balasan Kepatuhannya Terhadap Masyarakat
Diceritakan dala  teks tersebut mengenai beberapa hal yang dicontohkan oleh nabi-abi yang dalam teks ini adlah nabi Ibrahim yang telah mencontohkan kebaikan untuk kepatuhan kepada Tuhannya yaitu dengan berzakat dan haji. Kepatuhan yang dilakukan oleh nabi Ibahim akan berbuah dengan kebaikan pula.
Nabi Ibrahim ulane ana telasan.zakat fitrah nganggo haji. Segawehi poro nabi anglalat.........ln marita puniku. Nabi bisa maring ika

Aspek kepatuhan hamba kepada Tuhannya diwujudkan dengan mengatakan siapa yang bisa menggungguli di dunia ini, hanya Tuhan semesta alam. Tuhan yang memberikan kuasany, Tuhan yang menciptakan seluruhnya alam  semesta ini. Dijelaskan bahwa “Yang Agung arso nungkuli maring dunyo iki” adalah tidak ada yang menyamai kekuasaan selain Nya. Tuhan penipt langit dan bumi.
Yang Agung arso nungkuli maring dunyo iki.
Tuhan Yang paling unggul di dunia ini.
Ing wong ngabekti maring Sang Yang Agung.
Yang berbakti kepada Tuhan Yang Maha besar
Kang sangking haji bareng ingsun temanggi.
Yang pulang dari haji meninggikan diri
Pangiro-iro ana angsulana malikat anulya anawun.
Yang akan dibalas melalui malaikat.
sira maring pangeran.
Kamu kepada Tuhan
sapa wani marang Yang Widi.
Siapa yang berani epada Hyang Widi
Malikat gelnis nembut anging mulya angkasi sarwarin sekadap.
Malaikat yang mulia

Siapa yang tidak patuh kepada Tuhannya, ia akan masuk neraka. Hal ini dikatakan lebih lanjut mengenai bahwa di akhir nanti akan ada hukuman masuk jurang neraka jahim bagi orang-orang yang munafik yang ingkar terhadap sabda Nabi. Aturan ini biasanya diperuntukkan bagi manusia yang hanya bekata patuh jika ia dihadapkan dengan kebenaran, namun setelah itu ia berpaling jika ia dihadapkan dengan perbuatan dosanya kembali.
Panajan Jahanam jurang.
Dimasukkan ke dalam jurang jahanam
Terus kaping sanga,
Kemudian ke sembilan
saking bumi mungang alim pangkur nara urip iku wong
dari bumi mengaku orang alim yang hidup dengan kemunafikan
munafik jero iki parapat lawang tiga mansulana nipun
naraka jahim wastaniya pernahipun makhluk munkar namung nabi lawang kaping papat
orang munafik yang di dalamnya pernah ingkar kepada nabi

Yang dicontohkan adalah Nabi Muhammad kekasihNya
yang selalu memberi salam dalam setiap orang yang mendatanginya. Dalam hal in aspek kepatuhan dalam memberi salam kepada orang lain adalah salah satu wujud kebaikan. Jika ajaran Muhammad diterapkan oleh umatnya maka kebaikan dan kasih yang Tuhan berikan akan berlimpah kepadanya.
Muhammad kekasih nami
Ingsun pan akintun salam
Sampun salam ing wong
Tekaha maring
Dijelaskan bahwa aspek tersebut tiak sebagian meniru perilaku Nabi Muhammad, tapi keseluruhan. Nabi Muhammad diberitahu oleh Jibril mengenai parintah Tuhan tentang segalanya. Ini terbukti saat kisah Nabi Muhammad saat bertapa di Gua. Perintah dari Tuhan yang disampaikan kepada Muhammad melalui malaikat Jibril                                    
                                   
Dusa paran makhluk ika, Jibril aturi, amungkur pataryan Tuhan, angala riwangiki, Muhammad pan lumaris, wong kang kaduluh
Dikisahkan dalam teks bahwa aspek kepatuhan tersebut dicontohkan oleh Malaikat jibril saat memberitahu kepada Nabi Muhammad dengan nada yang sangat halus. Perintah untuk sholat, zakat, dan puasa adalah perintah Tuhan yang Maha Kuasa untuk disebarkan kepada umatoleh nabi Muhammad.                 

Becet dina alune, arsa sholat zakat fitri puasa. Malaika Nyahur bersabda, sibar marintah yang Widi, Nabi ngendika,maring malaikat Jibril. Dosa paran pawistri, Jirl alon terus matur, mungkir paduka Tuhan.

SIMPULAN
            Aspek kepatuhan yang diajarkan kepada para Nabi adalah hanya semata-mata dituntun kepada umat untuk disebarkan. Kepatuhan Malaikat kepada Tuhan, kepatuhan Nabi Ibrahim kepada Tuhannya, serta kepatuhan Nabi Muhammad kepada Tuhannya. Dalam hal ini, yang menjadi beberapa analisis teks di atas adalah bahwa ara Nai adalah makhluk yang mulia sehingga diperkenankan untuk mnyebarkan perintah Tuhan. Adapun beberapa hal yang dijadikan kepatuhan umat terhadap teks di atas bahwa hamba Tuhan harus senantiasa melaksanakan perintah Tuhan seperti apa yang telah paa nabi ajarkan mengenai sholat, haji, dan zakat. Semua itu hanya untuk emata-mata kebahagiaan dunia dan akhirat.
            Namun sebaliknya, apabila aturan ini tidak dipatuhi maka sanksi yang paling besar adalah hukuman bagi manusia itu sendiri. Manusia akan hancur. Terutama orang-orang munafik yang berkata benar saat mendapat kebenaran, tapitidak menjalankan kebenaran itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar