LAMIA
Perempuan selalu memiliki sedikit pilihan, bahkan seringkali tidak memiliki pilihan-pilihan. Pun dengan Lamia. Hati lamia terluka ketika ibunya tiada. Dan kemudian ayahnya hendak menjual toko buku kesayangannya. Bagi Lamia, buku merupakan bagian dari sejarah hidup. Lenyapnya buku membuat separuh jiwanya terbang. Ditambah lagi sang ayah mengajak Lamia pindah ke desa. Ia tinggalkan cita-cita yang hendak digapainya. Dalam dunia patriakal, seorang anak memang harus patuh pada orang tuanya.
TREATMENT
Pengenalan tokoh : Lamia, Ayah, Nyonya Pemilik Penginapan
Setting : dirumah, di desa, di penginapan, dll
Pemunculan konflik : saat pekerjaan ayahnya terkena PHK, dan suasana terjepit. Lamia di ajak ke desa untuk pindah
Babak I
Tangan ayahnya melambai-lambai dengan maksud kabar setelah Lamia pulang dari sekolahnya. Lamia merasa kebingungan apa yang terjadi dan yang ingin dikatakan ayahnya sehingga ia harus melambaikan tangannya jauh-jauh sebelum sampai di rumah. Ini bukan menjadi hal yang biasa. Lamia bergegas masuk, barangkali ada kabar buruk atau kabar penting yang harus ia ketahui.
Babak II
Namun Lamia merasa bingung, apa yang dilihatnya sesampai di rumah, tas dan koper semua sudah berjejer rapi di ruang tamu. Ia menanyakan sesuatu kepada ayahnya. Kemudian ayahnya mengatakan bahwa dia dan ayahnya harus pergi dari rumah karena rumahnya disita oleh Bank. Ia diajak ke desa, dan ditawari agar buku-buku yang banyak di rumahnya terjual untuk dapat membeli rumah di desa. Ternyata Lamia tidak menyetujui. Berbagai alasan yang dikemukakan ayahnya untuk membujuk Lamia. Hingga akhirnya Lamia mengiyakan pendapat ayahnya. Ayah Lamia sangat sayang kepada Lamia. Agar Lamia sedikit terhibur ayah Lamia mengajaknya jalan-jalan menyusuri gurun hingga sampai di desa tempat tinggalya.
Babak III
Ayahnya meronta kesakitan, karena penyakitnya yang di derita kambuh. Hingga ayahnya meninggal. Lamia sangat sedih menjadi hiup sebatang kara.
SKENARIO:
Ext. sekitar depan rumah-siang
Disuasana yang terik. Musim dingin, di Surabaya, sosok Ayah melambai-lambaikan tangannnya dari atas lantai 2 rumah. Ayah itu melambaikan tangannya kepada anaknya yang terlihat dari kejauhan sedang berjalan kaki menuju rumah.
CUT TO:
Judul : Lamia
Tulisan : 2010
LAMIA
(sambil lari-lari dari kejauhan)
(ngos-ngosan, kecapekan)
Kecapaian yang amat terasa bagi Lamia sepulang dari sekolah. Semakin dekat Jarak dengan rumah.
CUT TO:
INT. DI DALAM RUMAH- SIANG
Ayah meminta Lamia untuk menghampirinya lebih cepat. Kemudian Lamia lari setelah tahu panggilan ayahnya.
AYAH
Lamia,
Kemarilah,Cepaaaaat
AYAH
Mandilah dahulu…
Ayah sudah mandi?
Sudah mandi. Hingga beberapa saat setelah rumahnya semua kopor terlihat dari rumah. Ia menanyakan kepada ayahnya perihal tas kopornya tersebut dikeluarkan
LAMIA
Ayah, ada apa ini?
Mengapa tas kopornya di keluarkan?
Kita mau kemana Yah?
AYAH
Kita akan pergi Lamia. Di desa. Karena sudah beberapa bulan kita belum pernah jalan-jalan.
(namun wajah ayah masih terlihat murung)
LAMIA
Ke desa, ada apa Yah, kok tiba-tiba mendadak pergi?
(Lamia terus penasaran dengan keputusan ayahnya yang tiba-tiba)
Ayah, sebenarnya ada apa?
AYAH
(diam saja)
LAMIA
wajah ayah tak bisa membohongiku, ada apa sebenarnya Ayah? Kita di desa tidak punya keluarga, semua keluarga di kota Yah. Kakek nenek, bude, tante juga semua ada di kota? Ada apa Yah sebenarnya?
AYAH
…Lamia, kita akan pindah. Rumah ini sudah disita Bank..
LAMIA
(Terperangah) Tapi Kenapa Yah?
AYAH
Perusahaan ayah bangkrut, ayah terkena tipu oleh salah satu rekan kerja ayah di kantor
LAMIA
Ha… kenapa bisa begitu Yah?
Kenapa ayah tidak bilang ke Lamia sebelumnya..agar dapat dibicarakan bersama keluarga, kakek, nenek juga harus tahu
AYAH
Sudahlah Lamia, Ayah tidak mau membuat kau, nenek, dan kakek terlalu banyak pikiran. Biar Ayah saja yang memikirkannya. Ayah tidak mau semua beban Ayah membuat nenek dan kakek sakit. Mereka kan sudah mulai terkena penyakit Jantung. Ayah hanya tidak mau membuat mereka semakin parah penyakitnya.
LAMIA
Baik Ayah…
(tidak banyak bertanya, takut ayahnya semakin sedih)
Ya sudah ayah, tidak apa-apa..
AYAH
Anakku, buku-buku yang pernah kita punya itu, ayah jual ya, agar dapat membayar uang rumah kos kecil-kecilan di desa
LAMIA
(Lamia jadi tampak sedih) maaf, yah bukannya Lamia keberatan. Tapi buk-buku yang mana? Semua buku-buku itu hasil tabungan ayah sewaktu kuliah dulu kan Yah..lalu itu juga ada buku koleksi Ibu waktu muda dulu sampai sebelum meninggal. Kita semua mengumpulkan buku-buku itu dengan susah payah Yah.
Ayah, tidak adakah pilihan lain untuk selain menjual buku?
AYAH
Ada, tapi ya tidak cukup untuk menyicil rumah di desa?
Kalau tidak begitu, lalu kita pakai uang apa sayang, untuk bisa menyewa rumah di desa. Ayah sekarang tidak pegang uang apa-apa Lamia. Nanti kita dapat membeli buku yang baru dan lebih bagus lagi setelah ayah bekerja di desa.
Rumah itu dijadikan kediaman sementara. Ayah yakin semua akan kembali seperti semula. Kita kembali dari nol. Jangan khawatir, Nak…
LAMIA
Ya sudah Yah, Baiklah kalau begitu…tidak mengapa yah, semoga kita berhasil ya Yah…
AYAH
Iya, Nak..semoga kita berhasil. (Dengan tampang optimis)
CUT TO:
ENT. DI LUAR RUMAH-SIANG MENJELANG SORE
Mobil telah disiapkan supir, sebagai tanda berakhirnya kehidupan Lamia dan ayahnya menjadi orang terpandang dan kaya.
Lamia tetap terlihat tabah dalam menghadapi keinginan ayahnya. Ia tahu bahwa itu yang menjadi bukti bahwa Lamia menjadi anak yang berbakti kepada orang tua
AYAH
Lamia,….cepat bawa kopernya?
Jangan sampai ada yang tertinggal ya…
LAMIA
Ia Yah…!!
CUT TO:
ENT. DI JALAN RAYA- MENJELANG SORE
Hujan yang menetes sedikit demi sedikit di atas atap mobil itu sangat terasa. Sambil berbincang-bincang Lamia menanyakan sesuatu ke Ayahnya…
LAMIA
Yah, kenapa kita tinggal saja di rumah nenek di Surabaya,…kenapa perginya harus ke desa. Bukankah, di kota pekerjaan semakin mudah dicari. Dari pada di desa.
AYAH
Sayang, bukan masalah lebih mudah pekerjaan yang di dapat di kota. Namun kita sebenarnya butuh suasana baru, Nak. Di kota banyak sekali orang-orang jahat. Kalau di desa, disana ada ketentraman nak. Masyarakatnya baik-baik dan jujur. Di sana juga udaranya sangat sejuk. Kita nanti bisa refresing disana.
CUT TO:
ENT. DESA JEPARA – MALAM
Sedang menemui satpam, penjaga desa Jepara. Menuju ke penginapan sederhana dan murah. Masih ada sedikit tabungan.
SATPAM
Selamat malam Pak, boleh saya melihat KTP-nya?
tujuannya kemana Pak?
AYAH
Selamat malam Pak, saya mau mencari penginapan, Pak. Apakah betul disini ada penginapan
SATPAM
Oh,ya Pak, ada. Silahkan
CUT TO:
INT. DI DALAM PENGINAPAN ROSSA-MALAM
Terasa berat Lamia dan ayahnya mengangkat salah satu koper yang penting untuk mereka di dalam bakal penginapan. Mereka memasuki penginapan. Kemudian menuju resepsionis.
RESEPSIONIS
Selamat malam Pak, ada yang bisa saya bantu?
AYAH
Iya, betul mbak
Apakah masih ada tempat yang kosong?
RESEPSIONIS
Masih ada Pak. Di kamar 305
Di sebelahnya Nampak seorang Ibu-Ibu pemilik penginapan memandang sinis kepada Lamia. Lamia merasa kebingungan. Apa yang terjadi pada dirinya hingga wanita di sebelahnya memandangnya dengan pandangan sinis. Melihat Lamia dengan pakaian kusut karena seharian tidak mandi.
LAMIA
Malam…
Menyapa dengan mulut menyinyir
(tanda tak paham)
Namun Nyonya itu tetap diam saja dan memandangnya dengan pandangan lain.
CUT TO:
INT. DI DALAM PENGINAPAN ROSSA, DI RUANG MAKAN-MALAM
Nyonya yang semalaman ditemui Lamia, sekarang berubah ekspresi. Ia tersenyum kepada Lamia dan ayahnya…
NYONYA
Bapak, silahkan mencicipi hidangannya
LAMIA
Mencibir, ini nasi gorengnya kurang asin!!
Tanda balas dendam dan gurauan Lamia..
NYONYA
Mari mbak, saya ganti dulu
(sambil mengangguk dengan nada sedikit culas)
Lamia tak memahami terhadap wanita itu, baru saja tadi malam menginap, dan bersikap kurang menyenangkan terhadap Lamia, mengapa tiba-tiba wanita tadi memandang Lamia dengan pandangan sinis. Tiba-tiba berubah menjadi baik. Apakah setelah melihat KTP ayah dalam diresepsionis..ayah yang menjadi direktur PT Persada Raya…
Dulu..kini bukan lagi..
LAMIA
Dalam hati: orang itu sungguh aneh
Ya. Mungkin setelah melihat KTP ayah dan tahu kerja ayah
dulu(tapi..ah) biarkan saja. Aku tak mau menduganya
(mencibir sendiri)
CUT TO:
EXT. DI TAMAN DESA, DEPAN PENGINAPAN ROSSA-PAGI
Udara yang sejuk telah membawa Lamia merasa lebih segar. Ia meghirup oksigen sedalam-dalamnya tanda kepuasan pada sang Khaliq. Kemudian ia berlari-lari kecil dengan menaikkan serta menyampingkan tangan dan kakinya. Ia merasa lebih baik ototnya setelah olahraga. Lamia melupakan sedikit masalahnya.
LAMIA
Ayah, ayah tidak mau ikutan? (dengan ceria)
AYAH
Tidak Lamia, ayah minum kopi saja di dalam rumah, agar lebih nikmat
LAMIA
(Sambil tersenyum bangga dengan ayahnya) dan bentuk terima kasih kepada ayahnya karena telah membesarkan dirinya hingga sekarang.
CUT TO:
INT. DI DALAM PENGINAPAN-PAGI MENJELANG SIANG
Ayah Lamia mengajak Lamia untuk pergi mencari rumah yang cukup untuk dua orang.
AYAH
Lamia, setelah ini kamu siap-siap ya,
Kita cari rumah untuk tempat tinggal dan setelah itu ayah akan mencari kerja.
LAMIA
baik, ayah!
(sambil tersenyum bangga)
kemudian ayahnya mencari kerja. Ayah berkenalan dengan seorang penduduk desa hingga terlihat akrab.
Ternyata karena tahu asal dari kota, maka penduduk desa pun tahu, mereka menyambut dengan bahagia. Dan akhirnya ayah Lamia dipercaya untuk menjadi pengajar di salah satu sekolah di desanya.
CUT TO:
Layar Hitam
Ayah Lamia telah berhasil membuat Lamia menjadi seorang Sarjana. Hingga Lamia dapat bekerja di lembaga penelitian. Ayah Lamia bangga terhadap putri cantiknya itu.
Namun Tuhan berkehendak lain, Ayah Lamia meninggal setelah 4 tahun tinggal karena jantung. Dan akhirnya Lamia mendapat jodoh orang sana.